Minggu, 29 Januari 2012

When the day is coming (I Get My Love)


 Jika semua tidak seperti yang diharapkan, masih bisakah aku terus berharap ?

Selalu akan ada harapan bagi setiap orang yg menanti.

Karena aku masih menanti, maka aku akan terus berharap.

Hingga lamanya penantianmu akan sebanding dengan kebahagiaan yg kau dapat saat
harapanmu terwujud suatu hari nanti.

Maka aku akan menyimpan semua butiran sebening kristal ini untuk hari itu.

When the day is coming, I get my love….

*****

Biarlah orang-orang atau teman-temanku yang lainnya mengatai aku gila ataupun sejenisnya. Tapi yang pasti, sebelum  semua ini berakhir dengan begitu saja, aku akan mengatakan semuanya. Membeberkan apa yang aku rasakan. Entah bagaimana hasilnya, Ya Tuhan.. Aku berserah padamu.

Sebenarnya hari ini hari libur internal. Hanya angkatan kakak yang ada. Karena besok, kakak resmi keluar sebagai alumni di sekolah kami. Tapi entah ada angin apa yang membawaku untuk tetap datang kesekolah. Meskipun dengan pakaian bebas. Tanpa rencana dan tidak tahu apa yang aku lakukan, aku terus menunggu di parkiran samping. Berharap kakak lewat walaupun hanya untuk mengambil motornya dan pulang. Sekali lagi, aku ngin melihat kakak sebelum nantinya aku tidak lagi bisa melihatnya secara langsung. Jerman bukanlah negara yang bisa dijangkau dengan mudah. Dan waktu 5 tahun itu bukanlah waktu yang sebentar.


Entah sudah berapa jam lamanya kau menunggu disana. Sembari mengotak atik ponselku, membuka twitter, facebook, dan beberapa jejaring sosial lain yang kupunya. Tak jarang aku mengirim pesan singkat kepada teman-temanku untuk menghilangkan rasa bosan. Tiba-tiba aku mendengar suara gaduh dari gerbang belakang. Refleks aku melihat kearah itu. Mataku membesar ketika menangkap sosok orang yang sejak tadi kutunggu. Itu dia !!! Akupun langsung menyembunyikan diriku di balik tembok pagar agar tidak terlihat olehnya ataupun teman-temannya.


Aku terus bersembunyi sambil menutup kedua mataku. Lalu otakku mulai bekerja. Mengubah pikiranku yang selama ini selalu sama. Ingat !! Ini sudah hari terakhir. Kalau aku terus-terusan tidak menampakkkan diri dan selalu bersembunyi, semua itu hanya akan jadi cerita lama dan sia-sia. Lalu mataku terbuka. Aku sadar, aku harus merubah semuanya. Tekadku sudah bulat. Aku harus menampakkan diri dihadapannya meskipun ada banyak teman-temannya disana, aku juga harus berbicara padanya meskipun hanya ucapan selamat yang mungkin akan keluar dari mulutku. Ya !! Aku harus melakukan sesuatu. Tak peduli teman-temannyaitu akan menertawaiku, atau memberikan death glare padaku, atau bahkan mereka bisa saja mengiringku kerumah skait jiwa karena perbuatanku yang tiba-tiba ini.


Akupun membalik badanku. Bersiap untuk melancarkan aksiku yang kurencanakan secara mendadak. Dan tanpa sengaja, aku menabrak seseorang yang tengah berdiri dihadapanku. Aishhh !! Kau bodoh !! Aku merutuki diriku sendiri. Bisa-bisanya menabrak orang lain disaat seperti ini.

Akupun mudur beberapa langkah agar bisa melihat orang tersebut yang notabenenya lebih tinggi dariku. Dan begitu mataku sukses menatap sosok itu, dengan sendirinya, udara disekitarku berkurang dan mataku membesar. Tahukah siapa disana ?? Kakak telah berdiri dihadapanku. Kata-kata yang kususun tadi tiba-tiba saja menghambur keluar dari otakku. 


Mulutku terkunci seketika. Lidahku kaku tak bergerak. Aku terdiam seribu bahasa di tempatku. Kepalaku terus mendnegak menatapnya. Tiba-tiba di atersenyum. Entah karena apa, dan akupun menundukkan kepalaku. Sesaat kemudian aku mendengar suaranya.


" jangan menunduk, angkat saja kepalamu "ujarnya dengan pelan namun terdengar tegas.


Aku mengikutinya. Kuangkat kepalaku sesuai perintahnya. Dia kembali tersenyum.


" aku tahu siapa kamu. Terima kasih sudah datang diacara ini. Kalau boleh tahu, untuk apa kau disini ? Kamu bukan angkatan kami, kan ? " ucapnya lagi.


Perlahan aku mengangguk dan mulai memaksa lidahku untuk bergerak dan berbicara " kakak... " panggilku pelan. Namun dia dapat mendengarnya.


" hhmm ? " 


" selamat atas kelulusannya " ucapku. Lega rasanya dapat berbicara dengan kakak meskipun hanya sebatas itu.


Kakakpun mengangguk " hanya itu ? " kali in giliran aku yang mengangguuk meng-iyakan pertanyaannya. " tidak ada lagi ? " pertanyaannya kali ini sukses membuatku bingung. Aku tidak mengerti maksudnya. Akhirnya kau hanya mengangguk lagi dan lagi.


Kudengar kakak menghela nafas panjang. " baiklah, kalau begitu aku saja yang katakan. Terima kasih karena sudah memperhatikanku terus menerus selama ini, terima kasih karena sudah datang untuk menemuiku hari ini. Terima kasih karena sudah berusaha untuk terus melihatku setiap hari selama ini dan terima kasih karena sudah menyukaiku. Aku tahu semua yang kamu lakukan. Aku sadar. Tapi aku diam saja. Terkadang aku sering tertawa saat melihat tingkah panikmu saat teman-temanmu mulai jahil menggodamu. " dia menghentikan ucapannya sembari tersenyum sekilas kearahku.


Aku terdiam. " dari mana... " belum sempat kalimat itu terucap, dia memotong kalimatku.


" dari mana aku tahu ? " tanyanya. Akupun hanya mengangguk " tahukah kamu kalau diam-diam aku juga memperhatikanmu. Sejak aku selalu bertemu denganmu tanpa sengaja. Dan sejak kamu mulai mengomentari twitt yang ku pos. Dan sejak itu aku merasa, kamu berbeda dan menarik perhatianku. " kakak terdiam sesaat. “ dan sebenarnya beberapa twit yang aku pos, menyindir padamu. Tapi sudahlah.. Itu tidak penting lagi”


Tak ada yang bisa kukatakan. Aku kembali terdiam seribu bahasa. Tidak menyangka kakak yang selalu terlihat mengacuhkanku dan seolah tak peduli itu diam-diam tersenyum memperhatikan tingkah konyolku.


" kukira aku tidak akan bisa bertemu denganmu lagi. Tapi sepertinya Tuhan masih sayang padaku. Hari ini, hari terakhir aku berada disini, kamu datang dan beruntung aku melihatnya. Karena itu aku berterima kasih padamu. Dan sekarang, sebelum aku pergi dari kota ini, ijinkan aku mengatakan satu hal lagi kepadamu " tiba-tiba kakak terdiam. Sama denganku. Aku tidak tahu apa yang akan dikatakannya padaku.


" aku tidak tahu sejak kapan mulainya, tapi yang pasti saat ini aku mau bilang… " terlihat sekali wajahnya yang menyiratkan kegugupan. Lihatlah dia mulai menyeka keringat di dahinya. Sambil memegang tengkuknya, ia mulai membuka mulut. Mencoba untuk melanjutkan ucapannya. Aku ?? Tentu saja menunggu dengan detakan jantung tak teratur. “ aku tidak biasa mengucapkan kalimat ini langsung. Ini pertama kalinya aku berbicara langsung. Ehm.. “ ia berdehem sekilas. Menurunkan tangannya, dan menatap lurus kearah mataku. “ aku suka kamu “

Aku terdiam ditempat. Tak ada yang bisa kulakukan. Bahkan oksigenpun mendadak habis dan aku tak bisa menghirupnya hingga aku hanya bisa menahan nafas. Kacau. Penampilanku saat itu pasti sangat kacau. Terlalu shock dan tidak percaya dengan apa yang diucapkan kakak. Tapi apa hanya sebatas itu ? Sebatas suka ?

Seolah mengerti apa yang kupikirkan, dengan menggaruk kepalanya yang kuyakini tidak gatal itu, ia berucap “ mungkin saat ini, aku masih suka. Tapi aku akan berusaha untuk membuatnya menjadi cinta. Karena itu, jangan dijawab sekarang. Tunggu aku 5 tahun lagi, dan aku akan membawa cinta itu untukmu. Saat itu, aku akan menagih jawabanmu. Bukan kata ‘suka’ lagi yang aku ucapkan, tapi ‘cinta’.  Dan kupastikan yang berdiri dihadapanmu saat itu bukan seorang anak tamatan SMA biasa, melainkan seorang pria yang jauh lebih baik. Kau mau menungguku, kan ? “

Ya Tuhan.. Kebaikan apa yang telah kuperbuat hingga kau memberikanku kebahagiaan seperti ini ? Apa aku bermimpi ?? Jika aku memang bermimpi, aku rela untuk tidak terbangun. Tapi aku sadar. Aku tahu ini bukan mimpi saat tangannya perlahan mulai menggenggam kedua tanganku dengan hangat.

“ percayalah padaku”

Lalu sekarang ? Apa lagi yang kutunggu ?? Tak ada. Karena itu, dengan senyuman, aku mengangguk. Menerima tawarannya. 5 tahun. Kurasa aku bisa menunggu. Bukankah sebelumnya aku memang sudah menunggu seseorang yang lain lebih dari 7 tahun ? Tapi semua itu berubah sejak aku tahu betapa sempurnanya karya Tuhan dihadapanku ini. Terlebih aku tahu dia bukan tipe manusia yang suka memberi harapan palsu.


“dengan senang hati, kak..”

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………


Hari minggu ini, aku berniat untuk membersihkan beberapa barang yang tidak terpakai di kamarku. Apapun itu yang kurasa sangat-sangat memenuhi kamarku yang bisa dibilang cukup luas ini.  Dimulai dari beberapa pakaian yang tidak lagi kupakai. Lalu beranjak ke buku-buku yang berhamburan tak teratur. Dan tibalah mataku melihat tumpukan kardus yang didalamnya masih tersimpan sepatu-sepatu yang berhasil berpindah tangan denganku. Namun diantara kardus-kardusitu, sebuah kardus yang paling besar, seukuran kardus air mineral gelas, menarik perhatianku. Aku tinggalkan semuanya dan beralih kearah kardus besar itu.


Aku tahu dan aku ingat persis apa isi kardus itu. Tumpukan kalender sepanjanjang tahun. Sudah hampir 5 tahun ini aku mengumpulkan kalender dan menumpuknya. Yah, sejak 5 tahun yang lalu itulah aku mulai rajin membeli kalender setiap tahunnya anya untuk menghitung hari kepulangan seseorang. Kakak. Dan kini 5 tahun itu hampir saja terlewati. Tinggal menunggu bulan berganti.

Kardus itu mulai terbuka olehku dan lihatlah tanda silang dengan tinta merah, hitam dan pink yang menghiasi setiap nomor yang tertera. Merah jika kami tidak saling berkomunikasi, hitam jika dia mengirimiku e-mail, dan pink disaat-saat tertentu yang membuatku tersenyum-senyum sendri di depan layar komputerku. Contohnya saat valentine day, white day, ulang tahun, dll.

Dan 4 buah kalender itu, kini telah tersimpan rapi, dengan beberapa tanda silangnya, di dlm kardus itu. Kemudian mataku menatap sebuah kalender tahun ini. Lalu tersenyum simpul mengingat kejadian 5 tahun yang lalu. Bahkan aku masih bisa megingat ekspresi wajahnya serta nada bicaranya yang terputus-putus. Termasuk ucapannya padaku saat itu.

“Kau mau menungguku, kan ?”

Kalimat itu terngiang dengan jelasnya ditelingaku. Dengan sendirinya, bibirku tertarik membentuk sebuah senyuman simpul.

Lagu Pergi untuk kembali yang dinyanyikan oleh Ello pada tahun 2009 itu, mengalun dengan merdu dari speaker yang kuhubungkan dengan MP3 player milikku. Dengan setia menemaniku yang sedang membersihkan kamarku, seolah mengajakku berkaraoke ria dan bercengkrama bersama.

Tanpa kusadari hari sudah hampir gelap. Matahari sudah mulai beranjak dari posisinya untuk kembali ke dalam peraduannya. Meninggalkan sinar merah keemasan yang menyembul mengiringi kepergiannya. Selama itukah aku membereskan ruangan berukuran 3 X 3 meter ini ?? Mengerikan sekali. Dan lihat, sekarang aku bahkan belum membersihkan diriku sendiri. Keringat dan peluh dimana-mana. Kotor sekali. Apa jadinya kalau kakak tahu kondisiku saat ini.

Dengan terburu-buru, sebelum udara menjadi lebih dingin, aku beranjak memasuki kamar mandi yang ada di sudut kamarku. Tentu saja setelah sebelumnya menyimpan kembali peralatan kebersihan yang kugunakan. Aku pun mulai memutar keran air pada suhu normal, lalu perlahan, air mulai keluar dari celah-celah shower yang tergantung di dinding kamar mandi.

15 menit kuhabiskan untuk membersihkan diriku dan mengganti baju. Kupilih baju dengan lengan panjang dan celana training agar bisa melindungi tubuhku dari dinginnya udara tropis yang perlahan mulai mendingin akibat musim penghujan. Tak lupa syal tipis yang cukup menghangatkan. Mungkin terkesan berlebihan. Tapi mau bagaimana lagi, kondisiku kurang baik akhir-akhir ini.

Layar komputerku masih menyala saat aku kembali kedepan kursi kebanggaan yang selalu kududuki saat mulai berhadapan dengan layar elektronik itu. Jika dilihat tahun berapa sekarang, mungkin benda elektronik ini hanyalah sebuah barang rongsokkan yang ketinggalan jaman. Tapi cobalah memandang lebih jauh lagi. Saat pertama kali aku membelinya, ini adalah barang elektronik terbaru dengan teknologi termutakhir pada masa itu. Ditambah fasilitas webcam dan internet yang tersedia. Lalu, kenapa aku tidak menggantinya dengan yang lebih baru ?

Oh God, berniat untuk menggantinya saja tidak. Terlalu banyak kenangan yang kubuat dengan benda rongsokkan ini. Mulai dari alat mencari informasi tentang kakak, menulis lomba cerpen yang hanya sekedar mencari keisengan semata, sampai kegiatan berkiriman e-mail dengan kakak di sana. Seperti saat ini.

PING !!

Speakerku mulai mengeluarkan sebuah suara yang cukup nyaring, membuatku kembali terfokus pada layar dan langsung membuka halaman e-mailku. Sebuah pesan e-mail baru saja masuk. Kulihat siapa yang mengirimiku e-mail tersebut. Itu pesan dari kakak. Betapa senangnya aku saat tahu itu adalah pesan darinya. Hal yang 5 tahun lalu kuanggap itu adalah hal paling mustahil yang akan aku dapatkan, kini hampir setiap hari aku mendapatkannya. Kecuali sejak beberapa hari yang lalu. Aku sama sekali tidak mendapatkan e-mail darinya. Dan ini adalah e-mail pertama setelah sekian lamanya ia tidak mengirimiku. Aku tahu, dia pasti sibuk.

Dengan menahan senyum dan rasa bahagiaku, aku menekan icon yang menuliskan alamat e-mail nya dan tanpa menunggu lama lagi, pesan yang ia kirimpkan padaku, telah terpampang di depan mataku.

Hei.. Apa kabar ?? Maaf aku tidak mengirimkan e-mail padamu beberapa hari ini.

Aku tersenyum sembari menganggukkan kepalaku. Memberi isyarat padanya bahwa aku mengerti. Meskipun aku tahu ia tidak akan melihatnya.

Aku baik-baik saja. Virus terlalu sulit untuk menyerangku :D jangan khawatir
Aku mengerti J kakak pasti sibuk, kan… sudahlah.. Lebih baik fokus saja pada skripsi akhir yang sudah menunggu itu.

Segera kutekan tombol dengan tulisan “enter” diatasnya. Seketika itu juga, sebuah laporan terkirim, muncul di layar komputerku.

Tak perlu waktu lama untuk menunggu sebuah balasan. Seakan dia telah bersiap di depan halaman e-mail nya dan mengetikkan dengan cepat untuk membalas pesan yang kukirim.

Ahahahaha :D kau benar..
Tapi, lihatlah langit di luar. Bintangnya banyak sekali. Tapi hati-hati, pakai jaketmu kalau keluar. Angin berhembus kencang. Kau bisa sakit.

Seketika aku melirik jendela kamarku yang setengah tertutup. Memang benar angin berhembus lumayan kencang. Tirainya melambai-lambai diterpa angin yang perlahan masuk. Biasanya, kalau angin sekencang ini, langit mendung dan sebentar lagi akan turun hujan.

Hahahaha… kakak lucu sekali. Tahu dari mana kalau disini banyak bintang ? Anginya saja kencang begini. Pasti langit mendung dan sebentar lagi akan hujan. Lagi pula disanakan masih ada matahari. Sebodoh-bodohnya aku, kalau hanya soal perbedaan waktu, aku juga tahu.


Angin semakin kencang bertiup. Membuat rambutku bergoyang diterpanya. Aku mulai beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menuju jendela di kamarku. Aku menutup jendelanya hingga rapat dan seketika itu juga tirai berwarna senada dengan dinding kamarku itu, berhenti menari dengan anggunnya. Tiba-tiba aku teringat ucapannya soal langit yang penuh bintang, aku mendongakkan kepalaku melihat keluar dan memang benar. Banyak sekali bintang disana. Eh ?? Tunggu dulu. Bagaimana kakak bisa tahu kalau disini banyak bintang ??

PING !!! Lagi-lagi aku mendengar suara itu. Itu balasan darinya.

Disini sudah malam. Woahh.. Dingin sekali. Memang mau hujan, tapi bintangnya banyak, loh..
Keluarlah !!! Tapi jangan lupa pakai jaketmu

Mungkin nyawaku setengah melayang saat membaca pesan darinya. Jangan bilang kalau…

Tanpa menunggu dan membuang waktu lebih banyak lagi, segera kusambar jaket hitam yang tergantung disamping lemari kacaku. Kemudian dengan asal kukenakan ditubuhku. Dan secepat kilat, kusibakkan tirai besar yang menutupi pintu kaca pemisah ruangan ini dengan balkon. Setengah berlari aku menuju pinggiran balkon dan kutumpukan kedua tanganku pada pagar besi yang mulai mendingin akibat udara malam ini.

Dengan sendirinya, seolah tanpa diperintah oleh otakku, kedua mataku mengedarkan pandangan kesekitar pekarangan rumahku. Sampai ketika mataku menangkap sosok seseorang tengah berdiri dengan mengangkat ponselnya yang menyala menampilkan halaman sebuah e-mail. Ia tersenyum padaku. Tanpa kusadari, aku membalas senyumannya. Perlahan, air mataku turun membasahi kedua pipiku. Terlalu bahagia melihat kenyataan yang ada di hadapanku saat ini.

Refleks aku langsung berbalik, menuruni tangga rumahku dengan cepat, dan membuka pintu rumahku. Akupun berlari hingga berhadapan dengannya. Kini, ia benar-benar ada di hadapanku. Rasanya benar-benar tidak bisa dipercaya. Sampai saat sebuah kata terlontar darinya. Dengan senyumannya yang masih sama, dengan nada bicaranya yang terdengar sama.

“ aku pulang…. “

Butiran hangat sebening kristal ini menyeruak menghambur dikedua pipiku begitu saja saat mendengar suaranya. Sesekali aku mendengar suaranya. Meskipun hanya dari telepon. Dan ini pertama kalinya sejak 5 tahun lalu aku mendengar suaranya lagi.

Kakak berjalan kearahku, merengkuh kedua bahuku dnegan lembut. Satu tangannya bergerak menelusuri pipiku yang basah, kemudian menghapus sisa-sisa air mata itu. lalu tersenyum dan memelukku.

“ welcome home…”

Kakak… aku tahu kamu pasti kembali. Now, the day is coming, and I get my love…

*****

kebahagiaan itu berawal dari harapan, kan ?

apa kamu berpikir seperti itu ?

ini bukan sekedar pemikiran.

kalau begitu, maka berharaplah.

lalu bagaimana dengan penantian ?

berharap untuk sebuah penantian.

apa akan berakhir dengan kebahagiaan ?

percayalah ia akan datang untukmu.

benar begitu ?

percayalah Tuhan akan memberikan yang terbaik untukmu.

-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar