hellloooo !!! alohaaaa !!!! *tebar kembang 7 rupa*
gue balik lagi bareng sama cerpen gue yang abal-abal ini :D sebenarnya, cerpen ini adalah cerpen yang gue ikutin lomba di salah satu forum. tapi.. sesuatu, deh. yang ikut itu buanyak banget. gue jd ga' yakin sendiri :D
yah.. at least.. gue udah berusaha ikutan kan... hasilnya terserah nanti aja :D
udh, yah.. dr pada lama ngedengerin gue ceramah disini, mending langsung baca aja. happy reading :)
..................................................................................................................................................................
Gedung itu terlihat
begitu usang dan tua. Banyak cat yang telah mengelupas di dinding hotel yang
terlihat rapuh itu. Seolah akan musnah dan hancur berkeping-keping diterpa
dinginnya angin musim gugur. Layaknya dedaunan yang menguning dan beterbangan
di pinggiran jalan. Namun keadaan itu tak menyurutkan niat ataupun nyali
seorang detektif sepertinya. Kyle Albrechtberger.
Pria
berdarah Jerman tersebut memiliki ketertarikan dan kemampuan tersendiri dalam
memecahkan berbagai kasus. Bukan hanya satu atau dua kasus dan baru satu atau
dua tahun ini dia menopang hidup sebagai detektif kepolisian Inggris. Di
usianya yang baru menginjak pertengahan 20 tahun, bahkan hampir semua kasus
penuh misteri yang berkeliaran di negeri Ratu Elizabeth itu, dialah yang
memecahkannya,
Parasnya
begitu sempurna dengan tinggi 180 cm, hidung mancung, kulit light brown serta
potongan rambut cepaknya yang rapi. Setiap orang pasti akan berdecak kagum
mengetahui anugrah yang diterima olehnya. Namun tak ada gading yang tak retak.
Sampai detik ini, ia selalu gagal menangkap atau bahkan mencegah seorang
pencuri wanita misterius. Pencuri permata yang selalu menghantui setiap tidur
malamnya. Menari-nari dalam pikirannya dengan tatapan mencemooh dan menantang.
Seolah mengatakan ‘seorang detektif kepercayaan kepolisian Inggris bahkan tidak
bisa mencegah seorang pencuri sepertiku’.
Ketika
saat itu datang, saat selangkah lagi ia akan menggenggam tangan pencuri itu dan
menyeretnya memasuki buih tahanan, pencuri itu menghilang. Hilang didalam
cahaya keemasan mentari pagi, layaknya bintang yang menghilang saat kegelapan
malam tak lagi bersamanya. Begitu sesuai dengan sebuah nama yang ia pinjam.
Nama bintang paling terang di barisan rasi bintang virgo, Spica.
Kyle memasuki hotel usang
itu dengan langkah santai. Mantel coklatnya dibiarkan menggantung tanpa
dikancing. Sebuah senter saku ia gunakan untuk menerangi pencahayaan yang
begitu minim.
Tiba-tiba saja matanya
yang tajam melirik kearah meja bulat. Seperti meja untuk sekedar minum teh atau
minum kopi yang ditemani dengan beberapa kue kering. Sebuah kertas coklat dengan
beberapa tulisan diatasnya mengundang perhatian. Tangannya bergerak dengan
pasti mengambil kertas coklat yang terlihat sama tuanya dengan gedung tersebut.
My love wouldn’t end
like this. I’ll continue my love story. I’ll write them on my destiny, and i’ll
make my happy ending story. So, are you curious what it would be ? Then wait ! When
the moon can't embrace the light of sun, i’ll make it end.
Kyle tersenyum simpul
saat mengetahui isi surat itu. Ia tahu itu adalah sebuah surat yang ditujukan
untuknya oleh pencuri wanita misterius bernama Spica yang selalu membuatnya
memutar otak dua kali untuk bisa memecahkan kode berbentuk surat yang sekilas
terlihat seperti curahan hati seseorang itu. Detik berikutnya ia melipat surat
tersebut, dan memasukkannya kedalam kantung mantelnya dan pergi meninggalkan
tempat rapuh itu.
*****
Mataharipun muncul
dengan membawa sinarnya yang menghangatkan pagi yang cukup dingin ini. Bersamaan
dengan itu, bibirnya tertarik melengkung membentuk suatu senyuman. Tak sia-sia
waktu yang ia buang semalaman untuk memikirkan maksud dari surat tersebut, dan
kini ia sudah mengetahuinya. Dalam hati ia berkata “sepertinya kita akan
bertemu dalam waktu dekat ini, spica”
Tanpa membuang waktu,
ia menyambar mantel coklatnya yang tergantung dengan elegan di dinding. Tak
lupa topi rajutan yang selalu di pakainya saat musim gugur tiba. Dengan cepat
ia mengambil kunci mobilnya dan segera melajukan mobil lexus hitamnya menuju
sebuah tempat. Markas kepolisian inggris tempatnya bekerja.
Dengan sopan ia
mengetuk pintu ruangan atasannya sampai terdengar suara yang mengijinkannya
memutar knop pintu tersebut dari dalam.
“selamat pagi Tuan
Barclay, maaf mengganggu pagimu” sapanya sopan dan ramah dengan intonasi yang
lembut namun terdengar tegas.
Arthur Barclay, kepala
kepolisian inggris itu mengangkat kepalanya dari sebuah arsip yang baru ia
baca, menatap Kyle yang tengah berdiri dihadapannya lalu menampakkan senyum
keramahan pada pria itu. “sama sekali tidak. Lalu ada sesuatu yang ingin kau
laporkan ?”
Kyle mengangguk cepat,
kemudian ia mengeluarkan sebuah kertas coklat yang dilipat empat dari saku
mantelnya dan menyerahkannya pada atasannya tersebut. Mr. Barclay mengangguk
mengerti “apa ini surat lanjutan dari spica ?” Tanyanya tanpa mengalihkan
pandangan dari kertas usang itu. Kyle kembali mengangguk dan membuka suara “ya,
Tuan”
Beberapa menit keadaan
dalam ruangan itu terasa hening. Bahkan dentingan jarum jam di dinding
terdengar begitu nyaring. Sampai salah seorang diantara mereka kembali membuka
suara. “aku tidak mengerti isi surat yang seperti curahan hati seseorang ini. Bisa
kau jelaskan ?” Mr. Barclay bertanya dengan mengerutkan keningnya.
Kyle terduduk di sebuah
sofa hitam yang terpajang di sudut ruangan itu sebelum mulai menjelaskan apa
yang ditanyakan oleh atasannya itu.
“anda tahu kalimat
pertama dan kedua yang ditulisnya ? My love wouldn’t end like this. I’ll
continue my love story. Para penggemar novel romantis akhir-akhir ini
dihebohkan dengan berakhirnya cerita cinta dengan akhir tak jelas yang ditulis
seorang novelis terkenal. Novel itu adalah karya Ross Blanc. Seorang novelis
romantic terkenal yang kekayaannya dapat membeli sepertiga dari kerajaan
inggris.” Kyle mengakhiri kalimatnya.
Tanpa membuat jeda yang
lama, kyle kembali melanjutkan analisisnya.” Sekitar sebulan yang lalu, nyonya
Ross Blanc mengijinkan beberapa reporter untuk mengekspos rumah dan juga
kekayaannya. Dan yang paling membuat kagum banyak orang adalah sebuah permata
yang ia sebut ‘the heart of love’. Lalu kalimat ke tiga. I’ll write them on my destiny,
and i’ll make my happy ending story. Permata itu diyakini bisa melihat
orang yang ditakdirkan untuk siapun yang menyentuh permata itu saat mengarahkannya
ke sinar bulan yang samar saat terjadi gerhana bulan. Dan orang itu akan
bahagia dengan takdir yang ia lihat saat itu.” Kyle kembali menghela napas
pendek sebelum melanjutkan kalimatnya.
“lalu kalimat terakhir when the moon can't embrace the
light of sun, i’ll make it end. Saat bulan tidak mendapat cahaya
matahari adalah saat dimana terjadi gerhana bulan. Karena bumi berada
ditengah-tengah bulan dan matahari. Menurut berita dari BMG inggris, gerhana
bulan akan jatuh 2 minggu lagi tepat pada pukul 11 malam. Dan aku yakin ia akan
memulai aksinya pada saat itu.”
Mr. Barclay tersenyum
puas mendengar analisis Kyle. Ia beranjak dari kursinya yang empuk, mendatangi
pria itu dan menepuk-nepuk pundaknya. “analisis yang bagus, Mr. Albrechtberger. Aku yakin kau bisa.”
*****
Hari
yang ditunggupun tiba. Sejak pagi menjelang rumah kediaman Ross Blanc telah
dipenuhi oleh banyak orang. Termasuk reporter dan anggota kepolisian inggris. Untuk
berjaga-jaga, the heart of love yang asli telah ditukar dengan duplikatnya yang
begitu identik dan diamankan disebuah tempat yang hanya diketahui oleh Miss
Blanc. Berbagai peralatan keamananpun stelah tersebar di seluruh penjuru rumah
tersebut. Bahkan seekor semut pun tak akan bisa lolos dari pengawasan keamanan
yang sedemikian ketat.
Tiba-tiba
jam raksasa di tengah ruang tamu Ross Blanc berbunyi nyaring, menandakan tepat
pukul 11. Namun ada yang aneh. Dentingannya terdengar banyak sekali. Bahkan
sudah lebih dari waktu yang ditunjukkan. Kyle pun mendekati jam itu dan membuka
kaca yang melapisisnya. Sesuatu yang tak biasa, ditangkap oleh mata coklat
terangnya. Lagi-lagi sebuah kertas coklat tua yang usang. Tanpa ragu ia
mengambil kertas itu, membuka lipatannya dan membaca apa yang tertulis disana.
Terima
kasih karena telah mengijinkanku untuk mengambilnya. Akan kujaga The Heart of
Love ini baik-baik. Sampai jumpa lain waktu, Detektif ‘K’.
Matanya
membulat dan rahangnya mengeras saat membaca tulisan tersebut. Tanpa membuang
waktu, ia segera berlari mendatangi Nyonya Blanc yang tengah asik menimati
capochino di dalam cangkirnya yang terlihat mahal dengan beberapa anggota
kepolisian yang lain.
“diaman
anda menyimpan permata itu ?” Kyle bertanya dengan sopan, namun terasa sekali
nada kekhawatiran didalamnya.
Ross
Blanc tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kalau saja Kyle tak menunjukkan
kertas yang didapatnya dari dalam kaca jam raksasa itu. Ia segera menuntun Kyle
ketempat dimana ia menyembunyikan permatanya yang asli. Dan begitu kotak
tersebut terbuka, yang ada hanyalah gabus empuk yang menjadi bantalan permata
tersebut. Semua orang diruangan itu terkejut, terlebih nyonya Blanc yang hampir
pingsan.
Tiba-tiba
lewat pantulan kaca dihadapannya, ia melihat bayangan seorang wanita menaiki
tangga belakang yang menuju atap. Tanpa menghiraukan sekelilingnya, Kyle
berlari menuju atap, tempat yang diduganya menjadi tujuan akhir dari bayangan
wanita itu.
*****
Wanita
itu tersenyum senang dan tertawa melihat apa yang diincarnya selama ini telah
berada di tangannya. Sebelum ada yang melihat dirinya ditempat ini, ia harus
segara menyelesaikan semuanya dan kembali pada kehidupan awalnya. Tujuannya
selama ini hanya satu. Menemukan permata itu dan mengetahui siapa yang
ditakdirkan untuknya.
Ia
mulai mengarahkan permata yang ada ditangannya itu kearah cahaya bulan yang
memerah seperti tembaga. Matanya sedikit menyipit saat pantulan cahaya itu
berubah menjadi begitu terang dan menyilaukan matanya. Iapun menelusuri segaris
cahaya yang terpantul itu dan jatuh pada sosok seorang pria yang kini berada
tepat 3 meter dibelakangnya. Pria dengan mantel coklat dan topi rajutannya yang
berwarna abu-abu. Pria itupun nampak melindungi matanya, menepis cahaya
tersebut dengan lengannya. Seolah tersadar bahwa ada orang lain selain dirinya
ditempat itu, wanita itu menurunkan tangannya, menyimpan permatanya, hingga
membuat cahaya menyilaukan itu tak lagi terlihat.
Ia
baru saja akan melarikan diri saat tiba-tiba terdengar sura tembakan diudara.
Seketika iapun berbalik dan melihat pria itu tengah menatapnya waspada dengan
sebua pistol menunjuk padanya.
“berhenti
ditempatmu. Jangan bergerak atau aku akan menembakmu” pria yang ternyata adalah
Kyle itu berkata sembari terus berjalan perlahan kearah wanita yang diketahui
olehnya bernama Spica itu.
Spica
mengalah, ia merasa terjebak dan akhirnya mengangkat kedua tangannya pasrah
namun tetap terlihat waspada.
“kembalikan
permata itu padaku” kyle kembali berucap.
Sebelumnya
terdengar begitu jelas hembusan nafas panjang dari wanita itu dan detik
berikutnya, ia telah melemparkan permata yang dimaksud kearah Kyle. Dengan
tangkas, Kyle menangkapnya hingga tak menimbulkan sedikitpun goresan pada
permata itu.
Dengan
cepat Kyle maju dan segera mengunci tubuh wanita itu. Tak membiarkannya meloloskan
diri.
“kau
tahu kenapa aku mencuri permata dan mengirimkanmu surat-surat itu ?” Tiba-tiba
wanita itu bersuara. Kyle terkejut mendengarnya. “karena aku hanya ingin
bermain-main denganmu. Yah.. Mungkin kau berpikir kalau aku menantangmu dan
memang aku berniat untuk menantangmu. Kau detektif terkenal di negeri ini, tapi
apa kau bisa menangkapku ? Aku hanya ingin membuktikannya. Dan ternyata kau
memang bisa. Oke, aku mengakuinya sekarang. Tapi lebih dari itu, aku juga ingin
tahu siapa takdirku lewat rumor yang beredar tentang sebuah permata yang bisa
melihat takdir siapapun rang yang menyentuhnya di bawah cahaya gerhana bulan.
Tapi aku jadi terlihat bodoh karena mempercayai hal itu.”
Kyle
tidak berkata apapun. Ia hanya terdiam sembari tangannya terus mengunci
pergelangan tangan wanita itu. Entah mengapa ia merasa kalau pencuri ini
memiliki daya tarik tersendiri. Hingga tanpa sadar ia terlarut dalam pikiran
dan kalimat yang terus terlontar dari bibir wanita itu. Dan tiba-tiba saja saat
kesadarannya kembali, wanita itu telah melepaskan diri. Tersenyum dengan begitu
manis padanya seolah mengatakan ‘bagaimanapun aku tetap satu tingkat diatasmu’
dengan sombongnya.
“selamat
tinggal Detektif ‘K’ sampai jumpa lagi” bersamaan dengan itu, terdengar ledakan
kecil ditempat wnaita itu berdiri. Mengeluarkan gas yang menutupi pandangannya.
Begitu gas itu menghilang, lagi-lagi ia mendapatkan sebuah surat.
Jangan
khawatir, besok aku akan mengembalikan semua yang telah aku curi. Aku akan pensiun.
Aku lelah bermain kucing-kucingan denganmu. Sampai nanti Detektif ‘K’
*****
Beberapa
bulan berlalu sejak kejadian itu. Sesuai apa yang dituliskan Spica dalam
pesannya yang terakhir, keesokan harinya semua permata yang telah ia curi
dikembalikan ditempatnya semula tanpa ada seorangpun yang tahu, seolah semua
kejadian pencurian permata selama ini hanya sekedar halusinasi para pemiliknya.
Kyle
Albrechtberger, priaitu kini tengah menikmati secangkir mocachino kesukaannya
di sebuah café yang cukup ramai di tengah kota London. Iapun melirik jam
tangannya, lalu menyesap mocachino-nya yang terakhir dan segera merapikan
mantel hitamnya. Ia seperti sangat terburu-buru hingga tapa sengaja menyenggol
bahu seorang waita yang memakai mantel coklat muda selutut, sepatu boot hitam,
topi yang menghalangi wajahnya.
“ah.. Maaf,
Nona. Aku sedang terburu-buru dan tidak sengaja”
Waita
itu tersenyum. “tidak masalah Detektif K” lalu berjalan meninggalkan Kyle yang
terdiam ditempatnya saat mendengar suara wanita itu. Suara yang sama dengan
suara milik Spica. Terlibih panggilan ‘Detektif K’ yang hanya digunakna oleh
spica saat menyebutnya.
-The End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar