Senin, 14 Mei 2012

Cerpen : Love In Crime


hellloooo !!! alohaaaa !!!! *tebar kembang 7 rupa* 
gue balik lagi bareng sama cerpen gue yang abal-abal ini :D sebenarnya, cerpen ini adalah cerpen yang gue ikutin lomba di salah satu forum. tapi.. sesuatu, deh. yang ikut itu buanyak banget. gue jd ga' yakin sendiri :D 
yah.. at least.. gue udah berusaha ikutan kan... hasilnya terserah nanti aja :D
udh, yah.. dr pada lama ngedengerin gue ceramah disini, mending langsung baca aja. happy reading :)
..................................................................................................................................................................

Gedung itu terlihat begitu usang dan tua. Banyak cat yang telah mengelupas di dinding hotel yang terlihat rapuh itu. Seolah akan musnah dan hancur berkeping-keping diterpa dinginnya angin musim gugur. Layaknya dedaunan yang menguning dan beterbangan di pinggiran jalan. Namun keadaan itu tak menyurutkan niat ataupun nyali seorang detektif sepertinya. Kyle Albrechtberger.
Pria berdarah Jerman tersebut memiliki ketertarikan dan kemampuan tersendiri dalam memecahkan berbagai kasus. Bukan hanya satu atau dua kasus dan baru satu atau dua tahun ini dia menopang hidup sebagai detektif kepolisian Inggris. Di usianya yang baru menginjak pertengahan 20 tahun, bahkan hampir semua kasus penuh misteri yang berkeliaran di negeri Ratu Elizabeth itu, dialah yang memecahkannya,
Parasnya begitu sempurna dengan tinggi 180 cm, hidung mancung, kulit light brown serta potongan rambut cepaknya yang rapi. Setiap orang pasti akan berdecak kagum mengetahui anugrah yang diterima olehnya. Namun tak ada gading yang tak retak. Sampai detik ini, ia selalu gagal menangkap atau bahkan mencegah seorang pencuri wanita misterius. Pencuri permata yang selalu menghantui setiap tidur malamnya. Menari-nari dalam pikirannya dengan tatapan mencemooh dan menantang. Seolah mengatakan ‘seorang detektif kepercayaan kepolisian Inggris bahkan tidak bisa mencegah seorang pencuri sepertiku’.
Ketika saat itu datang, saat selangkah lagi ia akan menggenggam tangan pencuri itu dan menyeretnya memasuki buih tahanan, pencuri itu menghilang. Hilang didalam cahaya keemasan mentari pagi, layaknya bintang yang menghilang saat kegelapan malam tak lagi bersamanya. Begitu sesuai dengan sebuah nama yang ia pinjam. Nama bintang paling terang di barisan rasi bintang virgo, Spica.
Kyle memasuki hotel usang itu dengan langkah santai. Mantel coklatnya dibiarkan menggantung tanpa dikancing. Sebuah senter saku ia gunakan untuk menerangi pencahayaan yang begitu minim.
Tiba-tiba saja matanya yang tajam melirik kearah meja bulat. Seperti meja untuk sekedar minum teh atau minum kopi yang ditemani dengan beberapa kue kering. Sebuah kertas coklat dengan beberapa tulisan diatasnya mengundang perhatian. Tangannya bergerak dengan pasti mengambil kertas coklat yang terlihat sama tuanya dengan gedung tersebut.
My love wouldn’t end like this. I’ll continue my love story. I’ll write them on my destiny, and i’ll make my happy ending story. So, are you curious what it would be ? Then wait ! When the moon can't embrace the light of sun, i’ll make it end.
Kyle tersenyum simpul saat mengetahui isi surat itu. Ia tahu itu adalah sebuah surat yang ditujukan untuknya oleh pencuri wanita misterius bernama Spica yang selalu membuatnya memutar otak dua kali untuk bisa memecahkan kode berbentuk surat yang sekilas terlihat seperti curahan hati seseorang itu. Detik berikutnya ia melipat surat tersebut, dan memasukkannya kedalam kantung mantelnya dan pergi meninggalkan tempat rapuh itu.
*****
Mataharipun muncul dengan membawa sinarnya yang menghangatkan pagi yang cukup dingin ini. Bersamaan dengan itu, bibirnya tertarik melengkung membentuk suatu senyuman. Tak sia-sia waktu yang ia buang semalaman untuk memikirkan maksud dari surat tersebut, dan kini ia sudah mengetahuinya. Dalam hati ia berkata “sepertinya kita akan bertemu dalam waktu dekat ini, spica”
Tanpa membuang waktu, ia menyambar mantel coklatnya yang tergantung dengan elegan di dinding. Tak lupa topi rajutan yang selalu di pakainya saat musim gugur tiba. Dengan cepat ia mengambil kunci mobilnya dan segera melajukan mobil lexus hitamnya menuju sebuah tempat. Markas kepolisian inggris tempatnya bekerja.
Dengan sopan ia mengetuk pintu ruangan atasannya sampai terdengar suara yang mengijinkannya memutar knop pintu tersebut dari dalam.
“selamat pagi Tuan Barclay, maaf mengganggu pagimu” sapanya sopan dan ramah dengan intonasi yang lembut namun terdengar tegas.
Arthur Barclay, kepala kepolisian inggris itu mengangkat kepalanya dari sebuah arsip yang baru ia baca, menatap Kyle yang tengah berdiri dihadapannya lalu menampakkan senyum keramahan pada pria itu. “sama sekali tidak. Lalu ada sesuatu yang ingin kau laporkan ?”
Kyle mengangguk cepat, kemudian ia mengeluarkan sebuah kertas coklat yang dilipat empat dari saku mantelnya dan menyerahkannya pada atasannya tersebut. Mr. Barclay mengangguk mengerti “apa ini surat lanjutan dari spica ?” Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari kertas usang itu. Kyle kembali mengangguk dan membuka suara “ya, Tuan”
Beberapa menit keadaan dalam ruangan itu terasa hening. Bahkan dentingan jarum jam di dinding terdengar begitu nyaring. Sampai salah seorang diantara mereka kembali membuka suara. “aku tidak mengerti isi surat yang seperti curahan hati seseorang ini. Bisa kau jelaskan ?” Mr. Barclay bertanya dengan mengerutkan keningnya.
Kyle terduduk di sebuah sofa hitam yang terpajang di sudut ruangan itu sebelum mulai menjelaskan apa yang ditanyakan oleh atasannya itu.
“anda tahu kalimat pertama dan kedua yang ditulisnya ? My love wouldn’t end like this. I’ll continue my love story. Para penggemar novel romantis akhir-akhir ini dihebohkan dengan berakhirnya cerita cinta dengan akhir tak jelas yang ditulis seorang novelis terkenal. Novel itu adalah karya Ross Blanc. Seorang novelis romantic terkenal yang kekayaannya dapat membeli sepertiga dari kerajaan inggris.” Kyle mengakhiri kalimatnya.
Tanpa membuat jeda yang lama, kyle kembali melanjutkan analisisnya.” Sekitar sebulan yang lalu, nyonya Ross Blanc mengijinkan beberapa reporter untuk mengekspos rumah dan juga kekayaannya. Dan yang paling membuat kagum banyak orang adalah sebuah permata yang ia sebut ‘the heart of love’. Lalu kalimat ke tiga. I’ll write them on my destiny, and i’ll make my happy ending story. Permata itu diyakini bisa melihat orang yang ditakdirkan untuk siapun yang menyentuh permata itu saat mengarahkannya ke sinar bulan yang samar saat terjadi gerhana bulan. Dan orang itu akan bahagia dengan takdir yang ia lihat saat itu.” Kyle kembali menghela napas pendek sebelum melanjutkan kalimatnya.
 “lalu kalimat terakhir when the moon can't embrace the light of sun, i’ll make it end. Saat bulan tidak mendapat cahaya matahari adalah saat dimana terjadi gerhana bulan. Karena bumi berada ditengah-tengah bulan dan matahari. Menurut berita dari BMG inggris, gerhana bulan akan jatuh 2 minggu lagi tepat pada pukul 11 malam. Dan aku yakin ia akan memulai aksinya pada saat itu.”
Mr. Barclay tersenyum puas mendengar analisis Kyle. Ia beranjak dari kursinya yang empuk, mendatangi pria itu dan menepuk-nepuk pundaknya. “analisis yang bagus, Mr. Albrechtberger. Aku yakin kau bisa.”
*****
Hari yang ditunggupun tiba. Sejak pagi menjelang rumah kediaman Ross Blanc telah dipenuhi oleh banyak orang. Termasuk reporter dan anggota kepolisian inggris. Untuk berjaga-jaga, the heart of love yang asli telah ditukar dengan duplikatnya yang begitu identik dan diamankan disebuah tempat yang hanya diketahui oleh Miss Blanc. Berbagai peralatan keamananpun stelah tersebar di seluruh penjuru rumah tersebut. Bahkan seekor semut pun tak akan bisa lolos dari pengawasan keamanan yang sedemikian ketat.
Tiba-tiba jam raksasa di tengah ruang tamu Ross Blanc berbunyi nyaring, menandakan tepat pukul 11. Namun ada yang aneh. Dentingannya terdengar banyak sekali. Bahkan sudah lebih dari waktu yang ditunjukkan. Kyle pun mendekati jam itu dan membuka kaca yang melapisisnya. Sesuatu yang tak biasa, ditangkap oleh mata coklat terangnya. Lagi-lagi sebuah kertas coklat tua yang usang. Tanpa ragu ia mengambil kertas itu, membuka lipatannya dan membaca apa yang tertulis disana.
Terima kasih karena telah mengijinkanku untuk mengambilnya. Akan kujaga The Heart of Love ini baik-baik. Sampai jumpa lain waktu, Detektif  ‘K’.
Matanya membulat dan rahangnya mengeras saat membaca tulisan tersebut. Tanpa membuang waktu, ia segera berlari mendatangi Nyonya Blanc yang tengah asik menimati capochino di dalam cangkirnya yang terlihat mahal dengan beberapa anggota kepolisian yang lain.
“diaman anda menyimpan permata itu ?” Kyle bertanya dengan sopan, namun terasa sekali nada kekhawatiran didalamnya.
Ross Blanc tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kalau saja Kyle tak menunjukkan kertas yang didapatnya dari dalam kaca jam raksasa itu. Ia segera menuntun Kyle ketempat dimana ia menyembunyikan permatanya yang asli. Dan begitu kotak tersebut terbuka, yang ada hanyalah gabus empuk yang menjadi bantalan permata tersebut. Semua orang diruangan itu terkejut, terlebih nyonya Blanc yang hampir pingsan.
Tiba-tiba lewat pantulan kaca dihadapannya, ia melihat bayangan seorang wanita menaiki tangga belakang yang menuju atap. Tanpa menghiraukan sekelilingnya, Kyle berlari menuju atap, tempat yang diduganya menjadi tujuan akhir dari bayangan wanita itu.
*****
Wanita itu tersenyum senang dan tertawa melihat apa yang diincarnya selama ini telah berada di tangannya. Sebelum ada yang melihat dirinya ditempat ini, ia harus segara menyelesaikan semuanya dan kembali pada kehidupan awalnya. Tujuannya selama ini hanya satu. Menemukan permata itu dan mengetahui siapa yang ditakdirkan untuknya.
Ia mulai mengarahkan permata yang ada ditangannya itu kearah cahaya bulan yang memerah seperti tembaga. Matanya sedikit menyipit saat pantulan cahaya itu berubah menjadi begitu terang dan menyilaukan matanya. Iapun menelusuri segaris cahaya yang terpantul itu dan jatuh pada sosok seorang pria yang kini berada tepat 3 meter dibelakangnya. Pria dengan mantel coklat dan topi rajutannya yang berwarna abu-abu. Pria itupun nampak melindungi matanya, menepis cahaya tersebut dengan lengannya. Seolah tersadar bahwa ada orang lain selain dirinya ditempat itu, wanita itu menurunkan tangannya, menyimpan permatanya, hingga membuat cahaya menyilaukan itu tak lagi terlihat.
Ia baru saja akan melarikan diri saat tiba-tiba terdengar sura tembakan diudara. Seketika iapun berbalik dan melihat pria itu tengah menatapnya waspada dengan sebua pistol menunjuk padanya.
“berhenti ditempatmu. Jangan bergerak atau aku akan menembakmu” pria yang ternyata adalah Kyle itu berkata sembari terus berjalan perlahan kearah wanita yang diketahui olehnya bernama Spica itu.
Spica mengalah, ia merasa terjebak dan akhirnya mengangkat kedua tangannya pasrah namun tetap terlihat waspada.
“kembalikan permata itu padaku” kyle kembali berucap.
Sebelumnya terdengar begitu jelas hembusan nafas panjang dari wanita itu dan detik berikutnya, ia telah melemparkan permata yang dimaksud kearah Kyle. Dengan tangkas, Kyle menangkapnya hingga tak menimbulkan sedikitpun goresan pada permata itu.
Dengan cepat Kyle maju dan segera mengunci tubuh wanita itu. Tak membiarkannya meloloskan diri.
“kau tahu kenapa aku mencuri permata dan mengirimkanmu surat-surat itu ?” Tiba-tiba wanita itu bersuara. Kyle terkejut mendengarnya. “karena aku hanya ingin bermain-main denganmu. Yah.. Mungkin kau berpikir kalau aku menantangmu dan memang aku berniat untuk menantangmu. Kau detektif terkenal di negeri ini, tapi apa kau bisa menangkapku ? Aku hanya ingin membuktikannya. Dan ternyata kau memang bisa. Oke, aku mengakuinya sekarang. Tapi lebih dari itu, aku juga ingin tahu siapa takdirku lewat rumor yang beredar tentang sebuah permata yang bisa melihat takdir siapapun rang yang menyentuhnya di bawah cahaya gerhana bulan. Tapi aku jadi terlihat bodoh karena mempercayai hal itu.”
Kyle tidak berkata apapun. Ia hanya terdiam sembari tangannya terus mengunci pergelangan tangan wanita itu. Entah mengapa ia merasa kalau pencuri ini memiliki daya tarik tersendiri. Hingga tanpa sadar ia terlarut dalam pikiran dan kalimat yang terus terlontar dari bibir wanita itu. Dan tiba-tiba saja saat kesadarannya kembali, wanita itu telah melepaskan diri. Tersenyum dengan begitu manis padanya seolah mengatakan ‘bagaimanapun aku tetap satu tingkat diatasmu’ dengan sombongnya.
“selamat tinggal Detektif ‘K’ sampai jumpa lagi” bersamaan dengan itu, terdengar ledakan kecil ditempat wnaita itu berdiri. Mengeluarkan gas yang menutupi pandangannya. Begitu gas itu menghilang, lagi-lagi ia mendapatkan sebuah surat.
Jangan khawatir, besok aku akan mengembalikan semua yang telah aku curi. Aku akan pensiun. Aku lelah bermain kucing-kucingan denganmu. Sampai nanti Detektif ‘K’
*****
Beberapa bulan berlalu sejak kejadian itu. Sesuai apa yang dituliskan Spica dalam pesannya yang terakhir, keesokan harinya semua permata yang telah ia curi dikembalikan ditempatnya semula tanpa ada seorangpun yang tahu, seolah semua kejadian pencurian permata selama ini hanya sekedar halusinasi para pemiliknya.
Kyle Albrechtberger, priaitu kini tengah menikmati secangkir mocachino kesukaannya di sebuah café yang cukup ramai di tengah kota London. Iapun melirik jam tangannya, lalu menyesap mocachino-nya yang terakhir dan segera merapikan mantel hitamnya. Ia seperti sangat terburu-buru hingga tapa sengaja menyenggol bahu seorang waita yang memakai mantel coklat muda selutut, sepatu boot hitam, topi yang menghalangi wajahnya.
“ah.. Maaf, Nona. Aku sedang terburu-buru dan tidak sengaja”
Waita itu tersenyum. “tidak masalah Detektif K” lalu berjalan meninggalkan Kyle yang terdiam ditempatnya saat mendengar suara wanita itu. Suara yang sama dengan suara milik Spica. Terlibih panggilan ‘Detektif K’ yang hanya digunakna oleh spica saat menyebutnya.
-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar